Ketika membahas tentang mereka (Kedua orang tua), aku tak
tahu apa yang harus kuucapkan sebab mereka susah dibahasan apa mungkin karena
mereka mahluk hidup yang paling berharga di dunia ini? atauhkah mereka adalah malaikat tanpa sayap
kita? Mungkin saja dan mungkin itu kenyataan.
-
Terkadang Saya berpikir jika esok lusa atau dikemudian hari
saya lebih duluan meninggalkannya atau mereka yang duluan meninggalkanku, entah
apa yang harus kulakukan dan apa yang mereka lakukan sebab kuyakin mereka
sangat mencintaiku lebih-lebih saya yang sangat mencintai mereka. Namun
mukjizat Tuhan berkata lain kita masih sehat wal’afiat sampai sekarang
alhamdulillah walaupun mereka telah melalui fase yang luar biasa dimana fase
yang belum pernah kualami dan kelihatannya mereka sudah tak seawet dulu. Badan
yang dulu tegap kekar kini mulai membungkuk, rambut yang dulu hitam kini mulai
memutih, dan kulit mereka yang dulu kencang kini mulai berkeriput.
-
Disamping itu juga ada yang terbersik di hati kecil ini,
dimana kata rindu memberontak yang hampir lagi tak bisa kubendung sebab
dibatasi ruang dan waktu. Jika kalian menanyakan tentang rinduku terhadap
mereka maka aku tak bisa menjawabnya sebab tidak ada kata yang melebihi rinduku
kepada mereka.
-
Saya anak ketiga dari tiga bersaudara yang artinya anak
bungsu, kakak saya yang pertama dan kedua telah berkeluarga dan telah memiliki
momongan masing-masing terkhusus memiliki tanggung jawab untuk keluarga
kecilnya, tentu saja kedua orang tuaku lebih berfokus kepadaku untuk
membimbing, menyekolahkan dan mendampingi hingga kelak nanti.
-
Dari mulai masuk sekolah dasar hingga memasuki bangku
perkuliahan saya sudah terbiasa pisah dengan mereka sebab mereka harus melempar
atau membuang diri ke negeri jira Malaysia, hanya untuk mencari nafkah teruntuk
keluarga dan terkhusus untu saya semata, namun untuk membimbingku mereka tak
pernah menyerah sedikitpun hampir setiap hari sering menyemprotkan kata-kata keteligaku
via telephone sellular yang bunyinya yaitu “nak jika kau tak bisa seperti
mereka kamu bisa melakukan yang terbaik dan jadilah yang terbaik nak” kata-kata
itu yang kujadikan sebagai
motivasiku dan tongkat untuk membalas jerih payah
mereka.
Jikalaupun dikemudian hari harapanku tak sesuai kenyataan
dan Tuhan lebih duluan memanggilku untuk pulang kerumah yang lebih hakiki dan
abadi maka Mahakarya inilah sebagai saksi bisu bahwa aku berjuang untuk
membalas jerih payah kalian untukku. Mungkin ini masih jauh dari apa yang kalian
berikan kepadaku hingga saat ini dan belum cukup untuk membalas semuanya, namun
semangat dan doaku terus tercurahkan untuk kalian yang jauh disana semoga
kalian sehat selalu dan kita diberikan panjang umur hingga melihatku memakai
toga dan memiliki keluarga kecil yang sakinah mawadda warohma amin.
-
Namun yang kubahas semua berujung pada meninggalkan dan
ditinggalkan, menangisi atau ditangisi
itu sudah sudah kodrat kehidupan ataupun takdir yang sudah di tetapkan
oleh Tuhan yang mahakuasa. Semoga kita bisa lebih menghargai waktu.
0 komentar:
Posting Komentar